Arsip Kategori: Pojok Berita

SMKN 1 TERUSAN NUNYAI PESERTA ASESMEN NASIONAL BERBASIS KOMPUTER TAHUN 2023 KABUPATEN LAMPUNG TENGAH


Kontributor : Dedik L      Penulis : Elia Sunarto Juru Foto : Syaiful Anam

Crew Nol 8 SMKN 1 Teruna | Senin,  28 Agustus 2023 pukul 15.54 WIB

TERUSAN NUNYAI (SMKN1TERUNA) — Asesmen Nasional Berbasis Komputer (ANBK) tahun 2023 jenjang SMA sederajat berlangsung mulai hari ini, Senin, 28 Agustus 2023. SMK Negeri 1 Terusan Nunyai yang berada di Desa Gunung Batin Udik, Kecamatan Terusan Nunyai tercatat menjadi salah satu peserta ANBK SMK di Kabupaten Lampung Tengah.

Data dari MKKS SMK Lampung Tengah yang diperoleh Crew Nol 8 SMKN 1 Teruna menyebut, ANBK jenjang SMK di Kabupaten Lampung Tengah diikuti oleh 72 Sekolah Menengah Kejuruan (SMK), baik negeri maupun swasta. Penyelenggaraan ANBK tahun ini akan berlangsung dalam 2 gelombang; yaitu, gelombang pertama pada 28-29 Agustus 2023, sedang gelombang kedua dilaksanakan pada 30 dan 31 Agustus 2023.

Kepala SMKN 1 Terusan Nunyai, Jaman Mulyadi, S.Pd melalui Wakil Kepala Sekolah Bidang Kurikulum Dedik Liprianto, S.T.,M.M., kepada Crew Nol 8 SMKN 1 Teruna menjelaskan, ANBK tahun 2023 diikuti 50 siswa-siswi SMK Negeri 1 Terusan Nunyai yang terdiri dari 45 peserta utama dan 5 cadangan.

“ANBK kita laksanakan di ruang Laboratorium komputer Multimedia (Desain Komputer Visual). Pengawas kita hari ini Ibu Hafsah, S. Ag dari SMK Daya Bhina Terusan Nunyai” kata Wakil Kepala Sekolah Bidang Kurikulum SMKN 1 Terusan Nunyai, Dedik Liprianto.

Dedik Liprianto menerangkan, bahwa Asesmen Nasional Berbasis Komputer (ANBK) merupakan penilaian mutu sekolah untuk meningkatkan mutu pendidikan.


Lebih jauh Dedik Liprianto menjelaskan, Asesmen Nasional atau yang biasa disingkat sebagai AN terdiri atas Asesmen Kompetensi Minimum (AKM) yang mengukur kemampuan literasi dan numerasi, survei karakter, dan survei lingkungan belajar.

Pelaksanaan AN dilakukan berbasis komputer, daring, atau semidaring. Bentuk soal dalam AN terdiri atas pilihan ganda, pilihan ganda kompleks, menjodohkan, isian singkat, serta uraian.

“Namun demikian, Asesmen Nasional tidak menggantikan peran UN untuk mengevaluasi hasil belajar individual. AN digunakan untuk menggantikan peran UN sebagai sumber informasi dalam memetakan dan mengevaluasi mutu sistem pendidikan,” terang Dedik Liprianto.

Asesmen Nasional merupakan alat untuk mengevaluasi sistem yang hasilnya akan digunakan sebagai umpan balik untuk sekolah dan dinas pendidikan dalam evaluasi diri atau perencanaan program.

Dedik Liprianto menegaskan, bahwa Asesmen Nasional tidak menentukan kelulusan siswa yang berada di akhir jenjang pendidikan. Penilaian kelulusan siswa berada di kewenangan guru dan sekolah.   ***   

LPA Tubaba Kunjungi Anak-Anak Keluarga Eks. Pengikut Gafatar | Berita LPA Tulangbawang Barat.


Press Release  LPA Tubaba

Minggu, 31 Januari 2016  pukul 05:44 WIB

~Ka LPA Tubaba bersama anak-anak keluarga eks Gafatar, Marga Kencana 30 Jan 2016 - Copy

TULANG BAWANG UDIK, (Komunitas Pojok Tulangbawang Barat) – Untuk menghindari stigmatisasi dari pelabelan terkait dengan kondisi orang tua yang terindikasi menjadi jaringan atau eks anggota ormas Gerakan Fajar Nusantara (Gafatar) dan berperan aktif dalam proses rehabilitasi dan reintegrasi sosial bagi anak. Lembaga Perlindungan Anak Kabupaten Tulang Bawang Barat (LPA Tubaba) kunjungi keluarga Fat (43th) warga Tiyuh Marga Kencana Kecamatan Tulang Bawang Udik Kabupaten Tulang Bawang Barat guna melakukan pendampingan. Hal tersebut disampaikan oleh Ketua Komisi Promosi dan Sosialisasi Hak Anak LPA Tubaba, Fitria Ningsih Chaniago.

“Kondisi mereka cukup memprihatinkan, pasca kejadian ini ketiga anak mereka terancam putus sekolah,” kata Fitria di Daya Murni, Sabtu (30/01/2016).

Dari keterangan yang berhasil LPA Tubaba himpun, keluarga eks pengikut Gafatar yang baru saja dipulangkan dari Kalimantan Barat ini memiliki 3 orang anak; yang pertama MYA (16th) laki-laki baru lulus SMP, NN (14th) perempuan kelas VIII SMP dan yang ketiga ZYA (9th) baru kelas III SD.

“Anak pertama sempat lulus SMP tetapi hingga hari ini ijazahnya belum sempat diambil, masih disekolah. Demikian juga dua anak lainnya sempat naik kelas tetapi belum pernah masuk sekolah dikelas yang baru karena kepergian mereka meninggalkan Marga Kencana orang tua tak sempat urus sekolah anak-anak.” Sambung Ketua LPA Tubaba, Elia Sunarto diujung telepon.

LPA Tubaba mengapresiasi sikap dan langkah Pemerintah Daerah dan masyarakat Tubaba yang well come atas  kepulangan mereka, lanjut Elia Sunarto. Ini sangat penting bagi perkembangan psikis anak-anak mereka, jangan sampai akibat kejadian itu berdampak pada psikologi anak-anak keluarga eks pengikut Gafatar.

“LPA Tubaba akan mendampingi mereka, Senin nanti kami akan bertemu dengan pihak sekolah dan Dinas Pendidikan, mereka harus mendapatkan hak pendidikannya. Kalau diperlukan LPA Tubaba juga akan siapkan psikiater,” ungkap aktifis anak ini.

Terkait hal ini, Ketua Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI), Asrorun Niam meminta Kemendikbud bisa memberikan layanan pendidikan darurat serta membuat perencanaan untuk pemenuhan hak pendidikan anak secara utuh dan holistik. Kata dia, banyak anak usia sekolah, baik Sekolah Dasar (SD) maupun Sekolah Menengah Pertama (SMP) yang putus sekolah karena gabung Gafatar setelah pindah ke Kalimantan, dan juga tidak mengenyam pendidikan.

Kepalo Tiyuh Marga Kencana Kecamatan Tulang Bawang Udik, Nuredi melalui Gerbang Sumatera News  mengucapkan terimakasih kepada LPA Tubaba yang berkenan mendampingi warganya yang sedang mengalami musibah tersebut. Ia berharap sangat dengan keikutsertaan LPA masalah keberlanjutan pendidikan anak-anak keluarga eks pengikut Gafatar segera mendapat solusi.

Ketika ditanya sikapnya terkait kepulangan warga yang terindikasi anggota Gafatar, Nuredi yang ditemui Gerbang Sumatera News dirumahnya, Sabtu (30/01/2016) menjelaskan, dirinya selaku Kepalo Tiyuh tentu saja menerima dengan tangan terbuka dan siap membina mereka.

“Sepengetahuan saya, mereka adalah warga yang baik dan tidak pernah berbuat yang aneh-aneh, dalam hal ini mereka adalah korban Gafatar. Kami siap menerima dan membina mereka kembali, karena ini perintah langsung Bapak Bupati Umar Ahmad.” terang Nuredi.

Dari pantauan Gerbang Sumatera News dilapangan masyarakat Tulang Bawang Barat termasuk familiar, tidak menolak kepulangan mantan pengikut Gafatar. Hal ini tentu karena keberhasilan Pemkab Tubaba dalam memberikan pemahaman warganya bahwa pengikut Gafatar kebanyakan adalah korban. Hal tersebut diamini Sudarso salah seorang warga Tiyuh Marga kencana.

“Dengan tidak mengurangi kewaspadaan tentunya, kami dapat menerima kepulangan mereka. Buktinya baru sehari mereka dirumah malamnya sudah membaur ikut kegiatan rutin yasinan yang diselenggarakan dirumah warga”. Kata Sudarso.

Untuk diketahui, Fat yang masih tercatat sebagai  warga Kabupaten Tubaba ini merupakan salah satu dari ribuan bekas anggota Gafatar yang sudah terdata di delapan titik lokasi pengungsian di Kalimantan Barat yang kini sudah dipulangkan ke kampung asalnya. Pemerintah Provinsi (Pemprov) Lampung melalui Dinas Sosial Provinsi Lampung sebelumnya telah menjemput warga Lampung mantan pengikut Gafatar ini di Rumah Pelindungan dan Trauma Center (RPTC) Bambu Apus, Jakarta Timur, Sabtu (30/1) lalu.

Gubernur Lampung, Ridho Ficardo meminta pada unsur pemerintah terkecil, yaitu lurah dan kepala desa serta ormas keagamaan menjaga psikologis eks Gafatar saat kembali ke masyarakat.

“Jangan sampai mereka teraniaya, bukan secara fisik tapi secara psikologis. Supaya meraka bisa menyatu kembali dengan masyarakat,” jelas Gubernur.

Menteri Sosial Khofifah Indar Parawansa saat kunjungannya di barak pengungsian eks anggota Gafatar di Pontianak, Sabtu (22/01/2016) juga meminta masyarakat menerima kehadiran mantan anggota organisasi kemasyarakatan Gerakan Fajar Nusantara (Gafatar). Eks anggota Gafatar, kata dia, tidak boleh dikucilkan. *(ES).

PILKADA SERENTAK 2018 DISKRIMINATIF: KPU LARANG WNI DISABILITAS JADI CALON GUBERNUR, WAKIL GUBERNUR, BUPATI, WAKIL BUPATI, WALIKOTA ATAU WAKIL WALIKOTA


Siaran Pers Koalisi Masyarakat Penyandang Disabilitas

JAKARTA (PojokTubaba.com) — Komisi Pemilihan Umum (KPU) mengeluarkan Keputusan KPU yang diskriminatif bagi penyandang disabilitas dalam proses Pemilihan Kepala Daerah Serentak 2018. Melalui Keputusannya, KPU memasukan disabilitas dalam kategori tidak memiliki kemampuan jasmani dan rohani untuk melaksanakan tugas dan kewajiban sebagai Gubernur, Wakil Gubernur, Bupati, Wakil Bupati, Walikota, dan/atau Wakil Walikota. Akibatnya, penyandang disabilitas dianggap tidak memenuhi syarat sebagai calon kepala daerah.

Keputusan KPU yang dimaksud adalah Keputusan KPU Nomor 231/PL.03.1-Kpt/06/KPU/XII/2017 tentang Petunjuk Teknis Standar Kemampuan Jasmani dan Rohani serta Standar Pemeriksaan Kesehatan Jasmani, Rohani, dan Bebas Penyalahgunaan Narkotika dalam Pemilihan Gubernur dan Wakil Gubernur, Bupati dan wakil Bupati, dan/atau Walikota dan Wakil Walikota.

Keputusan KPU ini merupakan tafsir resmi dari syarat kemampuan jasmani dan rohani yang diatur dalam Pasal 7 ayat (2) huruf f Undang-undang Nomor 10 Tahun 2016 tentang Perubahan Kedua atas Undang-undang Nomor 1 Tahun 2015 tentang Penetapan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-undang Nomor 1 Tahun 2014 tentang Pemilihan Gubernur, Bupati, dan Walikota menjadi Undang-undang.

Masuknya disabilitas dalam kategori tidak mampu jasmani dan rohani dalam Keputusan KPU merupakan suatu kesalahan karena bertentangan dengan Undang-undang dan mencederai semangat pemenuhan hak penyandang disabilitas dengan pendekatan Hak Asasi Manusia. Standar jasmani dan rohani dalam Keputusan KPU bertentangan dengan Undang-undang Nomor 7 Tahun 2017 tentang Pemilihan Umum, yang menyebutkan dalam Penjelasan di berbagai Pasal yang mengatur tentang syarat “mampu jasmani dan rohani” (Pasal 21 huruf h, Pasal 117 huruf h, Pasal 182 huruf h dan Pasal 240 huruf h) bahwa “cacat tubuh tidak termasuk gangguan kesehatan”. Bahkan dalam penjelasan Pasal 72 huruf g lebih tegas disebutkan bahwa “cacat tubuh tidak termasuk kategori tidak mampu secara jasmani dan rohani”.

Pasca disahkannya Undang-undang Nomor 8 Tahun 2016 tentang Penyandang Disabilitas telah mengubah posisi disabilitas dari isu sosial menjadi isu Hak Asasi Manusia (HAM). Hal itu senada dengan prinsip yang tercantum dalam Konvensi Hak Penyandang Disabilitas, yang sudah diratifikasi oleh Pemerintah Indonesia melalui Undang-undang Nomor 19 Tahun 2011. Dengan prinsip itu maka hak warga negara disabilitas sama dengan warga negara lainnya. Oleh karena itu, jaminan bahwa setiap warga negara berhak memperoleh kesempatan yang sama untuk mencalonkan diri dan dicalonkan sebagai Calon Gubernur dan Calon Wakil Gubernur, Calon Bupati dan Calon Wakil Bupati, serta Calon Walikota dan Calon Wakil Walikota, yang diatur dalam pasal 7 ayat (1) UU 10/2016, juga berlaku bagi warga negara disabilitas.

Selain hal tersebut, Keputusan KPU juga telah salah memaknai penyakit dan disabilitas, yang pada dasarnya adalah berbeda. Disabilitas adalah keunikan yang dimiliki oleh seseorang, sehingga bukanlah kondisi yang perlu disembuhkan selayaknya suatu penyakit. Orang dengan disabilitas harus dipandang memiliki kemampuan dalam menjalankan tugas, sehingga harus diberikan kesempatan yang sama dengan warga negara non-disabilitas. Namun dengan stigma negatif, terutama dalam cara pendang medis, penyandang disabilitas kerap dipandang sebagai “barang rusak” yang tidak berfungsi dengan baik, sehingga harus diperbaiki. Stigma negatif inilah yang memandu munculnya bentuk diskriminatif terhadap penyandang disabilitas.

Pendekatan medis yang dipakai oleh KPU dalam merumuskan tafsir syarat “mampu jasmani dan rohani” dalam Keputusan KPU harus diimbangi dengan pendekatan HAM. Perimbangan itu harus tercermin dalam substansi dan proses pembentukannya. Oleh karena itu, dalam penyusunan standar mampu jasmani dan rohani, KPU tidak bisa hanya melibatkan kelompok-kelompok medis, tetapi juga harus melibatkan kelompok penyandang disabilitas, yang justru akan merasakan dampak terbesar implementasi Keputusan KPU tersebut.

Berdasarkan pertimbangan tersebut, Kami, Koalisi Masyarakat Penyandang Disabilitas, mendesak KPU untuk:

  1. Tidak menjadikan Bab II dalam Lampiran Keputusan KPU sebagai standar kemampuan jasmani dan rohani bagi Calon Gubernur dan Wakil Gubernur, Bupat dan wakil Bupati, dan/atau Walikota dan Wakil Walikota dalam pelaksanaan proses pemilihan umum kepala daerah serentak 2018;
  2. Menjadikan hasil dari pemeriksaan kesehatan jasmani dan rohani sebagai catatan untuk penyediaan akomodasi yang layak bagi para Calon Gubernur dan Wakil Gubernur, Bupati dan wakil Bupati, dan/atau Walikota dan Wakil Walikota setelah terpilih dan menjalankan tugasnya;
  3. Segera melakukan revisi terhadap Keputusan KPU Nomor 231/PL.03.1-Kpt/06/KPU/XII/2017, khususnya pada Bab II, yang menafsirkan syarat “mampu jasmani dan rohani” paling lambat 12 Februari 2018, sebelum masuk dalam tahapan penetapan pasangan calon dalam Pilkada Serentak 2018; dan
  4. Melibatkan kelompok penyandang disabilitas dalam pelaksanaan revisi terhadap standar kemampuan jasmani dan rohani dalam Keputusan KPU Nomor 231/PL.03.1-Kpt/06/KPU/XII/2017.

NARAHUBUNG:

Ariani Soekanwo (Pusat Pemilihan Umum Akses Disabilitas : 081318907184);

Fajri Nursyamsi (Pusat Studi Hukum dan Kebijakan : 0818100917);

Aria Indrawati (Persatuan Tuna Netra Indonesia: 081219724433);

Yeni Rosa Damayanti (Perhimpunan Jiwa Sehat: 081282967011);

Maulani Rotinsulu (Himpunan Wanita Disabilitas Indonesia: 08128253598);

Mahmud Fasa (Perkumpulan Penyandang Disabilitas Indonesia: 081808363744);

Bambang Prasetyo (Gerakan untuk Kesejahteraan Tuna Rungu Indonesia: 08176733250).

 

KAMIS, 18 JANUARI 2018

LEMBAGA ANGGOTA KOALISI MASYARAKAT PENYANDANG DISABILITAS:

  1. OHANA;
  2. Dria Manunggal;
  3. CIQAL (Center for Improving Qualified Activities in Life of People with Disabilities);
  4. Himpunan Wanita Disabilitas Indonesia (HWDI) Nasional;
  5. Himpunan Wanita Disabilitas Indonesia (HWDI) Sulawesi Selatan;
  6. Pusat Pemilihan Umum Akses Disabilitas (PPUA Disabilitas);
  7. Gerakan Peduli Disabilitas dan Lepra Indonesia (GPDLI);
  8. Yayasan Cahaya Jiwa
  9. Perhimpunan Jiwa Sehat Indonesia (PJS)
  10. Yayasan Pusat Pemberdayaan Penyandang Disabilitas Indonesia Bali (Puspadi Bali)
  11. Lembaga Permberdayaan Tuna Netra (LPT) Surabaya
  12. Gerakan untuk Kesejahteraan Tuna Rungu Indonesia (Gerkatin) Pusat
  13. Gerakan untuk Kesejahteraan Tuna Rungu Indonesia (Gerkatin) Sulawesi Selatan
  14. Gerakan untuk Kesejahteraan Tuna Rungu Indonesia (Gerkatin) Kepemudaan
  15. Sasana Integrasi dan Advokasi Difabel (SIGAB)
  16. Sentra Advokasi Perempuan Difabel dan Anak (SAPDA)
  17. Bandung Independent Living Center (BILiC)
  18. Persatuan Tuna Netra Indonesia (Pertuni)
  19. Persatuan Tuna Netra Indonesia (Pertuni) Sulawesi Selatan
  20. SEHATI Sukoharjo
  21. Independent Legal Aid Institute (ILAI)
  22. Perhimpunan Mandiri Kusta Sulawesi Selatan
  23. Perkumpulan Penyandang Disabilitas Indonesia (PPDI)
  24. Perkumpulan Penyandang Disabilitas Indonesia (PPDI) Sulawesi Selatan
  25. Federasi Kesejahteraan Penyandan Cacat Tubuh Indonesia (FKPCTI)
  26. Federasi Kesejahteraan Penyandan Cacat Tubuh Indonesia (FKPCTI) Sulawesi Selatan
  27. Pusat Studi Hukum dan Kebijakan Indonesia (PSHK)
  28. LBH Disabilitas Jawa Timur.
  29. Yayasan Peduli Sindroma Down
  30. Perkumpulan orang Tua Anak Disabilitas Indonesia (Portadin)

 

 

 

 

KUNJUNGI PANTAI MUTUN, KETUA DPD LANYALLA DIDAULAT LAUNCHING PROGRAM DESA EMAS BERSAMA SATMAKURA


Reportase Ketua Panitia (Elia Sunarto)

Sabtu, 04 September 2021

TELUK PANDAN-PESAWARAN (Satmakura.Online) – Ungkapan ‘Kembalinya si Anak Hilang’ sangat tepat untuk menggambarkan pertemuan Gerakan Satmakura dengan Dewan Perwakilan Daerah Republik Indonesia (DPD RI). Ketua DPD RI AA La Nyalla Mahmud Mattalitti bersama sejumlah anggota DPD RI dalam rangka kunjungan  kerja  ke  Provinsi  Lampung,  berkunjung  ke  Pantai  Mutun – Pesawaran  untuk  bertemu H. Mochtar Sany Firdaus Badrie, founder dan Ketua Umum Gerakan Satmakura, Sabtu (4/9/2021).

Sebelumnya, Senator Aceh yang juga mantan Gubernur DI Aceh Abdullah Puteh bersama Alexander Fransiscus senator Bangka Belitung dan Mamberob Yosephus Rumakiek senator Papua Barat didampingi Bustami Zainudin senator Lampung, lebih dahulu telah bersilaturahmi.

Ketua Gerakan Satmakura H. Mochtar Sany perkenalkan olahan makanan sehat berbahan baku ikan kobia kepada Ketua DPD RI La Nyalla Mahmud Mattalitti di Pantai Mutun, 4 Sept 2021.
Sekjen DPD RI (Rahman Hadi), Wasekjen Gerakan Satmakura (Elia Sunarto), Ketua DPD RI (La Nyalla Mahmud Mattalitti), Ketua Umum Gerakan Satmakura (H. Mochtar Sany Firdaus Badrie), Ketua HIPMIKIMDO (H. Maulana Rosyid Effendi) dan Senator Lampung (Bustami Zainudin). Pantai Mutun, 4 Sept 2021.
Ketua DPD RI La Nyalla Mahmud Mattalitti, Senator Lampung Bustami Zainudin dan H. Mochtar Sany (Pantai Mutun, 4 Sept 2021)
Ketua DPD RI La Nyalla Mahmud Mattaliti dan Senator Lampung Bustami Zainudin yang juga adalah Ketua Harian Gerakan Satmakura tampak meninjau stand pameran di gelaran Launching Program Desa Emas Bersama Satmakura. Pantai Mutun-Pesawaran, 4 Sept 2021.
Ketua DPD RI La Nyalla Mahmud Mattalitti dan para senator meninjau stand pameran pada gelaran Launching Program Desa Emas Bersama Satmakura. Pantai Mutun-Pesawaran, 4 Sept 2021.
Ketua DPD RI La Nyalla Mattalitti didampingi para Senator Lampung; Bustami Zainuddin, Ahmad Bastian, Jihan Nurlela, dan Abdul Hakim menyaksikan penandatanganan Nota Kesepahaman Gerakan Satmakura dengan APINDO dan HIPMIKIMDO (Pantai Mutun, Pesawaran, 4 Sept 2021).
Ketua DPD RI La Nyalla Mattalitti didampingi para Senator Lampung; Bustami Zainuddin, Ahmad Bastian, Jihan Nurlela, dan Abdul Hakim menyaksikan penandatanganan Nota Kesepahaman Gerakan Satmakura dengan APINDO dan HIPMIKIMDO (Pantai Mutun, Pesawaran, 4 Sept 2021).

“Ini silaturahmi awal, Pak MS (; sapaan Mochtar Sany) adalah pemrakarsa dan bidan kelahiran DPD, Pak Ketua dan kami DPD RI berencana mengundang tokoh Lampung pendiri DPD ini,” ungkap Bustami Zainudin Senator Lampung yang juga adalah Ketua Harian Gerakan Satmakura.

Didampingi senator Lampung Bustami Zainudin, Ketua DPD RI La Nyalla Mahmud Mattaliti menyaksikan penandatangan MoU yang diteken oleh H. Mochtar Sany (Gerakan Satmakura), Aries Muftie (Indonesia Saemaul Undong Global League), Ary Meizari Alfian (APINDO), dan H. Maulana Rosyid Effendi (HIPMIKIMDO). Usai memberi kata sambutan La Nyalla Mattalitti didaulat meresmikan Program Desa Emas Bersama Satmakura.

PROGRAM DESA EMAS BERSAMA SATMAKURA merupakan gagasan H. Mochtar Sany melalui Mochtar Sany Corporation kerjasama Gerakan Satmakura dengan Gerakan Desa Emas (Indonesia Saemaul Undong Global League).

Kolaborasi tersebut melibatkan Yayasan Kemandirian Pangan Nusantara (YKPN), Brigade Infanteri 4 Marinir/BS, Indokom Group, Gerakan Kebangkitan Desa Mandiri (Gerbangsari), Gerakan Santri Satmakura Ushuluddin (Pesantren), Politeknik Negeri Lampung (POLINELA), Balai Besar Perikanan Budidaya Laut (BBPBL), Pengusaha, Perbankan, Aktifis, Ormas, Himpunan Pengusaha Mikro, Kecil dan Menengah Indonesia (HIPMIKIMDO), UMKM/Koperasi, Perusda/BUMDes, dan Asosiasi Pengusaha Indonesia (APINDO) yang masing-masing sudah MoU dengan Gerakan Satmakura.

“Tadi sebelum launching terlebih dahulu telah dilakukan penandatanganan memorandum of understanding (MoU) antara Gerakan Satmakura dengan Hipmikimdo dan Apindo”, terang Elia Sunarto Ketua Panitia Pelaksana Launching Program Desa Emas Bersama Satmakura. 

Terpisah, saat mendampingi rombongan Ketua DPD RI meninjau stand-stand pameran H. Mochtar Sany kepada media menjelaskan bahwa Desa Emas adalah sebuah konsep yang digunakan untuk menggambarkan peradaban Desa yang Tangguh, Mandiri, Bermartabat, Sejahtera dan membawa dampak kepada Pembangunan Bangsa, sehingga terbangun sinergi DESA MEMBANGUN INDONESIA.

“Program ini merupakan upaya kami berpartisipasi mendukung pemerintah dalam pemulihan ekonomi pasca pandemi Covid-19 dan mewujudkan ketahanan pangan,” pungkas Mochtar Sany.  (*)

POLISI, WASIT YANG BERPIHAK PADA KEBENARAN, KEJUJURAN DAN KEADILAN


(Catatan kecil awal tahun 2021 dari pertemuan Dr. Mochtar Sany Firdaus Badrie dan Brigjen Pol Drs. Subiyanto)*

LAMPUNG (GentaSatmakura.com) — Bermula dari rekomendasi Laksamana TNI (Purn) Tedjo Edhy Purdijatno, SH kepada tamu khusus Waka Polda Lampung, Brigadir Jenderal Pol Drs. Subiyanto. Menkopolhukam 2014-2015 dan KSAL 2008-2009 itu  berpesan agar menyempatkan diri bertamu ke sahabat karibnya H. Mochtar Sany Firdaus Badrie sebelum kembali  ke  Jakarta  pada  pertengahan  Januari  2021.  Kemudian diperkuat peran kader Satmakura A. Junaedi Sunardi asal Kotagajah yang juga mantan DPRD Kabupaten Lampung Tengah, berlanjut kunjungan silaturahim Brigjen Pol Drs. Subiyanto ke Dr. H. Mochtar Sany Firdaus Badri di kediaman Beliau yang ada di bilangan Gedong Air, Kota Bandar Lampung.

Pertemuan malam hari dalam suasana santai kekeluargaan antara Waka Polda Lampung dengan founder gerakan Satmakura berlangsung lebih dari 3 jam, melahirkan ketertarikan perwira tinggi kepolisian kelahiran Jombang, Jawa Timur ini pada kegiatan-kegiatan Satmakura. Lulusan Akpol 1988 yang berpengalaman dalam bidang SDM dan pernah menjabat  Karojianstra SSDM Polri ini pun menyampaikan kesediaannya menjadi keluarga besar Satmakura dan siap sinergikan program-program Satmakura dengan 16 program prioritas Kapolri yang baru, Jenderal (Pol) Drs. Listyo Sigit Prabowo, M.Si.

Dalam implementasi program prioritas Kapolri yang disebut “PRESISI” yakni Prediktif, Responsibilitas, Transparansi Berkeadilan, Kapolri menetapkan Program 100 Hari kedepan, diantaranya; Meningkatkan kesejahteraan personel melalui program perumahan dan kesehatan, melaksanakan sistem point dalam pembinaan karier personel sehingga semua anggota dapat kesempatan dan panggung yang sama sesuai prestasi yang dimiliki, meningkatkan sinergitas TNI-Polri melalui kegiatan bersama sampai pada level pelaksanaan, minimalisir komplain masyarakat terkait pelayanan kepolisian, segera berlakukan layanan kepolisian dengan nomor tunggal 110 yang terkoneksi dengan command center, transformasi Polsek sebagai basis resolusi harus sudah berjalan dan realisasikan bhabinkamtibmas sebagai pusat informasi dan problem solver, terapkan restoratif justice sebagai bentuk penyelesaian perkara untuk menciptakan penegakan hukum yang berkeadilan, dan percepat penyelesaian penanganan kasus-kasus yang menjadi perhatian publik, serta melakukan pendampingan pada setiap program permerintah terkait pemulihan ekonomi nasional.

Pertemuan kedua pun berlanjut di Villa Campang, ‘rumah rakyat’ yang ada di kompleks Laboratorium Mini Pusat Inkubator Institut Satmakura di Bumi Satmakura, Campang Jaya-Sukabumi, Bandar Lampung, Minggu (31 Januari 2021). Hadir dalam pertemuan tersebut AKBP Irawan, Direktur Utama PT. Suryamas Kayu Karet Jaya (PT. SKJ), Agus Firmansyah, mantan Kakan LH Way Kanan, Mujiyanto dan Elia Sunarto.

“Rumah Rakyat” dan kawasan Bumi Satmakura yang berada di Campang Jaya, Sukabumi Kota Bandar Lampung menorehkan kenangan dan sejarah bagi sebagian pelaku sejarah di Bumi Pertiwi. Sebut saja seperti mendiang Prof. Dr. H. Muladi, SH (Rektor Universitas Diponegoro, Menteri Kehakiman, Menteri Sekretaris Negara, Gubernur Lemhanas terlama), Laksamana TNI (Purn) Tedjo Edhy Purdijatno, SH., Drs. H. Marzuki Usman, MA, Dr. Oesman Sapta Odang, mendiang Dr. Subiakto Tjakrawerdaya (Menteri Koperasi dan Pembinaan Pengusaha Kecil), dan sejumlah pejabat tinggi negara lainnya sudah berkali-kali mengunjungi rumah yang berdiri anggun di lereng Bukit Campang.

Di tempat ini pula Mochtar Sany yang kala itu menjabat Bendahara Umum Fraksi Utusan Daerah (F-UD) MPR RI memboyong rekan kerjanya sesama wakil rakyat  dalam masa sidang MPR/DPR RI. Rapat Kerja F-UD DPR RI setelah bersidang  menggodok dan akhirnya melahirkan rumah Senator Indonesia yang kita kenal sebagai Dewan Perwakilan Daerah (DPD) RI.

Bumi Satmakura, Campang Jaya-Sukabumi (dulu, Campang Raya) Kota Bandar Lampung juga telah menorehkan catatan sejarah dimana pada saat DEKLARASI GERAKAN SATMAKURA digaungkan secara nasional pada 17 Januari 2008, Mochtar Sany yang diakui piawai menjadi juru runding telah berhasil membuat tonggak sejarah sekaligus menandai berakhirnya ‘perseteruan’ antara Asosiasi Perangkat Desa Seluruh Indonesia (APDESI) dengan Asosiasi Badan Permusyawaratan Desa Seluruh Indonesia (ABPEDSI). Dua lembaga legal masyarakat desa yang dibentuk oleh negara ini diketahui sejak awal berdiri sudah saling berhadap-hadapan, ingin saling menjatuhkan. 

Badan Permusyawaratan Desa (dulu; Badan Perwakilan Desa) sebelumnya merasa superior sebagai ‘DPR’ nya desa karena memiliki ‘power’ kewenangan memakzulkan (impeachment) kepala desa. Adalah sosok Mochtar Sany, pengusaha sukses asal Lampung yang saat  itu menjadi Bendahara Umum Fraksi Utusan Daerah (F-UD) MPR RI yang berhasil mempertemukan duduk satu meja dan mendamaikan dua pihak yang berseteru ini. Mochtar Sany melihat dua instrumen pemerintahan desa itu apabila bisa bersinergi akan mampu menggerakkan mesin percepatan pembangunan di perdesaan. Dalam kesempatan tersebut ia undang kedua ketua umum organisasi itu ke Campang Raya.

“Pertemuan ini menjadi pondasi kuat kerjasama program gerakan Satmakura dengan Kepolisian kedepan terutama untuk zona Lampung”, ungkap H. Mochtar Sany Firdaus Badrie, kembali menanggapi pertemuannya dengan Waka Polda Lampung, Brigjen Pol Drs. Subiyanto.

Mochtar Sany menjelaskan, ini bukan gagasan baru, tetapi sesuatu yang sudah dirintis sejak lama. Dalam nota kesepahaman (memorandum of understanding) antara Yayasan Gerakan Satmakura Insan Sejahtera, PT. Satmakura Mitra Usaha dengan Indokom Group, Balai Besar Perikanan Budidaya Laut Lampung (BBPBL) dan Politeknik Negeri Lampung (Polinela) yang ditandatangani di Pesantren Ushuluddin, Kalianda-Lampung Selatan, 7 November 2020 lalu bertepatan dengan pelantikan Gerakan Santri Satmakura – Ushuluddin (GSSU). MoU ditandatangani masing-masing pihak;  Managing Director Perusahaan Indokom Group H. Ibnu Syena Al-fitra, ST., MIB., Ketua Umum Yayasan Satmakura Insan Sejahtera H. Mochtar Sany Firdaus Badrie, Kepala BBPBL Ir. Ujang Komarudin Asdani K, M.Sc., Direktur PT. Satmakura Mitra Usaha Zainal Asikin, SE., MM., Direktur Polinela Dr. Ir. Sarono, M.Si, turut membubuhi tanda tangan; Prof. Dr. Ir. Rokhmin Dahuri, MS, Drs. H. Marzuki Usman, MA dan Laksamana TNI (Purn) Tedjo Edhy Purdijatno, SH.

Jauh sebelumnya, konsep kemitraan untuk kesejahteraan rakyat, ketahanan pangan termasuk untuk kesejahteraan prajurit (TNI, Polri) melalui program Satmakura juga sudah dikancah Mochtar Sany bersama Menteri Koordinator Bidang Politik, Hukum dan Keamanan, Laksamana TNI (Purn) Tedjo Edhy Purdijatno, SH., Brigadir Jendral TNI (Mar) Edi Juardi yang sekarang mengemban amanat sebagai Komandan Pasukan Marinir 3 (Pasmar 3). Komando Pelaksana Utama Korps Marinir yang meliputi wilayah timur Indonesia dan bermarkas di Kota Sorong, Papua Barat. Termasuk dengan Jendral TNI Ryamizard Ryacudu, KSAD 2002-2005 saat menjadi Menteri Pertahanan pada Kabinet Kerja bentukan Presiden Joko Widodo.

Pertemuan Mochtar Sany dengan Brigjen Pol Drs. Subiyanto tak hanya sekedar memperkenalkan apa itu Satmakura (Satukan Tenaga Masyarakat Kerahkan Untuk Kesejahteraan Rakyat), dan membangun sebuah kesepahaman cara pandang, berpikir dan bertindak dalam konteks gerakan Satmakura, tetapi sudah melangkah pada evaluasi dan kajian program-program apa saja yang menjadi prioritas untuk dikembangkan.

Gerakan yang diinisiasi dua tokoh yang akan menjadi lokomotif sukses program kemitraan Kepolisian dengan Satmakura ini, diyakini akan semakin mempercepat pelaksanaan MoU yang ada, sekaligus akan melengkapi kemitraan Satmakura dengan TNI AL/Marinir, perguruan tinggi, perusahaan, UMKM, koperasi dan masyarakat. Tren menurunnya kondisi perekonomian nasional terdampak pandemi covid-19 juga menjadi akselerasi perlu segera ada contoh atau model sebagai prototype program yang akan segera diduplikasi di banyak tempat, ini barangkali yang menjadi bagian terpenting dari kesepakatan keduanya.

“Membangun Indonesia dari pinggiran menjadi bagian penting pendekatan pembangunan pemerintahan Jokowi”,  ungkap Mochtar Sany, pengusaha sukses kelahiran Kotabumi, Lampung Utara yang memiliki 3 semboyan; Perjuangan, Pengabdian dan Ibadah dalam hidupnya.

Mochtar Sany menyebut kebijakan Presiden Jokowi membangun Indonesia dari pinggiran sangatlah tepat. Pembangunan tidak lagi terpusat di perkotaan (sentralisasi), melainkan harus dilakukan menyebar di seluruh pelosok tanah air (desentralisasi). Pembangunan desa yang menjadi prioritas pemerintah saat ini tertuang dalam Nawacita ketiga. Hal tersebut dimaksudkan agar pembangunan dapat secara langsung meningkatkan kesejahteraan masyarakat perdesaan, khususnya di daerah tertinggal, terdepan dan terluar. Undang-Undang No. 6 Tahun 2014 tentang Desa, menjadi tonggak perubahan paradigma pengaturan desa.

Pada pembukaan Kongres Pergerakan Desa 2014 yang diselenggarakan Ormas GERBANGSARI (Gerakan Kebangkitan Desa Mandiri) di Hotel Grand Cempaka, Jakarta Pusat. Ketua Umum Gerbangsari Ir. Joko Wandyatmoko, M.Si mengatakan, Gerbang Sari sebagai elemen dari desa siap mengawal pemerintahan Jokowi 5 tahun ke depan.

“Gerbangsari ingin memperkuat pemerintahan sebagai corong dari komunitas yang berasal dari desa”, kata Joko Wandyatmoko.

Namun, lanjut Joko Wandyatmo yang diharapkan sampai sekarang belum terwujud lantaran kurang fokus. Terlalu banyak kegaduhan dan berakibat negara kurang iqro’. Pendiri dan pembina Indonesian White and Blue Collar Crime Institute (IWBCCI), Institut Kejahatan Kerah Putih dan Biru itu mendesak, pandemi covid-19 yang belum berkesudahan ini hendaknya dijadikan momentum ‘kesadaran’ bersama membangun dan menghadapi segala tantangan kedepan untuk kehidupan berbangsa dan bernegara yang lebih baik. Belum terlambat, bersama Kepolisian kita bangun koordinasi lintas sektor yang selaras dan seimbang sesuai tupoksi masing-masing.

Jokowi yang juga hadir sebagai Gubernur DKI Jakarta saat itu, seminggu jelang pelantikannya sebagai Presiden RI didampingi Ketua Umum Gerbangsari Ir. Joko Wandyatmoko, M.Si, Ketua Dewan Pembina Dr. Mochtar Sany F. Badrie, Ketua Dewan Penasehat Dr. Mooryati Soedibyo, SH., MLL dan beberapa pengurus lainnya melakukan pemukulan gong dan berkomitmen menjalankan paradigma baru pembangunan desa dengan segera mengucurkan Dana Desa (DD) sebesar Rp. 1 miliar hingga Rp. 1,4 miliar per desa.

Diakui atau tidak sesungguhnya roh dari spirit Satmakura sangat mewarnai perjalanan kebijakan kepemimpinan Presiden Jokowi periode pertama. Tokoh-tokoh Satmakura seperti Dr. Mochtar Sany F. Badrie dan Ir. Joko Wandyatmoko melahirkan organisasi massa dengan nama Gerakan Kebangkitan Desa Mandiri yang disingkat GERBANGSARI.

Gerbangsari bertekat memperjuangkan terwujudnya sistem pembangunan perdesaan yang melibatkan masyarakat dalam perencanaan, pelaksanaan dan pengelolaannya. Perencanaan pembangunan ditumbuhkan dari bawah (bottom-up planning). Demokrasi  dalam rangka mengawal pembaharuan desa untuk mewujudkan kehidupan desa yang lebih sejahtera, mandiri, demokratis dan adil.

Dukungan lain Gerbangsari kepada Presiden Jokowi juga tampak pada putaran pemilihan presiden periode pertama, 2014-2019.  Pada 27 Mei 2014, Ketua Umum Gerakan Kebangkitan Desa Mandiri (Gerbangsari) Ir. Joko Wandyatmoko mengundang para purnawirawan jenderal dari semua elemen TNI dan Polri untuk didaulat oleh rakyat dalam rangka menjaga dan mendukung pilihan yang dipilih oleh rakyat yaitu Jokowi Widodo menjadi Presiden Republik Indonesia. Ada 80 jenderal mendapat penyematan pin Jenderal daulat rakyat, diantaranya; Wiranto, Luhut Binsar Panjaitan, Widodo HS, dsb.

Gerbangsari dengan program Satmakuranya berkomitmen mengembangkan potensi dan prakarsa lokal. Mochtar Sany berpandangan; kesejahteraan sosial-ekonomi yang sering didambakan masyarakat Indonesia itu membutuhkan mobilisasi prakarsa dan potensi lokal, serta penyelenggaraan pemerintahan desa yang bersendikan good governance. Pemerintah desa, Badan Perwakilan Desa, lembaga-lembaga masyarakat dan warga masyarakat membutuhkan bingkai relasi yang demokratis, saling percaya, setara dan kemitraan.

Kehadiran perusahaan besar (investor) sebagai lokomotif pembangunan diharapkan akan dapat menarik dan menggerakkan gerbong-gerbong desa serta menampung aspirasi kreatifitas botton up dari masyarakat desa. Menurut Mochtar Sany, Desa membutuhkan kehadiran investor yang memahami aspek manajemen, teknologi, modal dan pasar untuk membangun. Sementara Investor perlu jaminan keamanan, legalitas, kepastian hukum, jaminan kontinuitas usaha dan keamanan. Disini polisi diharapkan menjadi referensi hadirnya Negara sebagai pengayom dan pelindung yang dirasakan kehadirannya.

Polres yang memiliki wilayah dalam pembinaan masyarakat bisa bertindak memberi dukungan sebagai WASIT YANG BERPIHAK PADA KEBENARAN, KEJUJURAN DAN KEADILAN yang bisa dikondisikan sejak awal bukan datang setelah ada masalah. Peran ini dimunculkan dalam ide mengawal sukses kemitraan pembangunan desa, meminimalisir wanprestasi dan hindari inkonsisten dalam komitmen. Agar para pihak yang berkomitmen membangun desa terayomi dan terbangun semangat kebersamaannya.

“Satmakura hadir menjadi benang merah”, tegas tokoh penandatangan Kesepakatan Jimbaran. Kerjasama kemitraan terkenal di era Orde Baru, antara UMKM dengan konglomerasi yang dilakukan di Istana Negara dihadapan Presiden Soeharto tahun 1996. Mochtar Sany mewakili pengusaha Kecil, Mikro dan Menengah.

“Saya sepakat kehadiran polisi dalam konsep kemitraan Satmakura itu penting”, kata Mochtar sany.

Masuknya Polisi dalam program kemitraan dengan Satmakura akan mendongkrak pertumbuhan ekonomi. Semakin memaksimalkan fungsi pembinaan pada warga dan merangsang peningkatan kesejahteraan masyarakat plus anggota dan/atau prajurit. Jika ini bisa diterapkan, polisi berperan aktif akan mampu menggaet investor tertarik.

Prakteknya bisa dilanjutkan melibatkan aparat Polsek dengan memberdayakan Bhabinkamtibmas bersinergi lintas sektor untuk desa maju. Kolaborasi ini bila disatupadukan dalam program Satmakura akan dapat mendorong peningkatan produk UMKM. Pemerintah dalam program pemulihan ekonomi terkait pandemi Covid-19 dan penguatan sektor UMKM telah  merilis kebijakan baru dimana produk ekspor Indonesia, 30% merupakan hasil kemitraan dengan UMKM. Dalam soal ini pemerintah sudah punya keinginan, tetapi realisasi di lapangan perlu SDM dan pengawalan.

Konsep Polisi sebagai Wasit Yang Berpihak Pada Kebenaran, Kejujuran dan Keadilan yang digagas Mochtar Sany memiliki kesesuaian dengan konsep “PRESISI” kepolisian masa depan yang menjadi jargon Kapolri, Jendral (Pol) Drs. Listyo Sigit Prabowo, M.Si.. Presisi adalah singkatan dari prediktif, responsibilitas, transparansi, berkeadilan.

Konsep ini dikembangkan untuk menghindari muncul dan meluasnya potensi kerawanan sosial di masyarakat. Dengan menerapkan konsep ini akan meneguhkan institusi Bhayangkara sebagai polisi yang merakyat tetapi lebih progresif pada sikap pencegahan sekaligus merupakan solusi keterbatasan personal untuk memenuhi harapan masyarakat. Dimana polisi secara dini dapat mendeteksi (prediktif) dan bergerak cepat (responsif), bersama rakyat (transparansi) dan bertindak pada posisi berpihak pada kebenaran, kejujuran dan keadilan (berkeadilan). Artinya kedepan polisi tak hanya masuk pada masalah yang timbul dan sudah berkembang. (**)

*Ditulis Elia Sunarto, wawancara khusus dengan Dr. Mochtar Sany Firdaus Badrie dan Ir. Joko Wandyatmoko, M.Si.

  Februari.2021

STRATEGI SATMAKURA PENUHI KEBUTUHAN PASAR BIOENERGI JEPANG


STRATEGI SATMAKURA PENUHI KEBUTUHAN PASAR BIOENERGI JEPANG

(Kolaborasi PT. Satmakura Mitra Usaha dan PT. Suryamas Kayukaret Jaya bekerjasama dengan IJB-Net)

Gagasan dan bertindak sebagai lokomotif : H. Mochtar Sany Firdaus Badrie PT. Satmakura Mitra Usaha dan Yayasan Gerakan Satmakura Insan Sejahtera

Rilis         :  Media Centre Satmakura (JubirSatmakura@eliasunarto)

Sumber   : Tim Wood Pellets Satmakura

Jum’at,  27  November 2020   pukul 19.53  WIB

GEDONG AIR, BANDAR LAMPUNG (GentaSatmakura.com) — Batu bara merupakan salah satu sumber energi yang tidak terbarukan. Meskipun Indonesia memiliki cadangan batu bara yang melimpah, pemanfaatan batu bara haruslah diterapkan dengan bijak. Selain itu, jika tidak diimbangi dengan pelestarian lingkungan, energi yang dihasilkan dari batu bara dapat menyebabkan polusi.Tidak stabilnya harga batu bara juga membuat orang-orang berinovasi untuk menemukan energi terbarukan sebagai energi alternatif pengganti, dan wood pellet menjadi pilihan terbaik saat ini.

Wood pellet atau pelet kayu adalah jenis bahan bakar alternatif terbarukan yang lebih ramah lingkungan (bioenergy). Pelet kayu memiliki bentuk yang mirip dengan briket kayu tetapi ukuran dan bahan perekatnya berbeda. Kayu keras seperti kayu Kaliandra Merah (Calliandra calothyrsus) menjadi salah satu bahan dasar terbaik dalam pembuatan pelet kayu. Selain itu, limbah kayu yang diolah menjadi serbuk juga dapat dimanfaatkan sebagai pelet kayu. Limbah dari pelet kayu juga lebih aman dibanding batu bara, bahkan dapat dimanfaatkan sebagai pupuk tanaman. Pelet kayu tak hanya digunakan untuk kebutuhan industri, di Korea, Jepang, China, Jerman dan juga Amerika Serikat wood pellet sudah digunakan sebagai bahan bakar penghangat ruangan

Merespon hasil keputusan kick off meeting “Rencana Kerja Pemenuhan Kebutuhan Pasar Bioenergi Jepang” yang diselenggarakan Kemenko Perekonomian RI pada Selasa (10/11/2020) lalu, sebagaimana disampaikan oleh Ketua Umum Indonesia Jepang Business-Network (IJB-Net), Dr. Ir. Suyoto Rais, M. Eng bahwa usulan program yang dibawa IJB-Net dapat diterima dan resmi menjadi program Kemenko Perekonomian RI.

Dalam kick off meeting tersebut Tim Satmakura menghadirkan Ali Rahman Angkawidjaja dan Steven Theis. Direktur Utama PT. Satmakura Mitra Usaha, H. Mochtar Sany Firdaus Badrie yang sebelumnya sudah beberapa kali bertemu dan akhirnya menjadi mitra kerja IJB-Net bergerak cepat memanggil tim, memberi instruksi dan arahan untuk segera menata diri dan bergerak menyambut kabar baik tersebut.

Menko Perekonomian Airlangga Hartarto dalam pertemuan tersebut mengatakan bahwa kebutuhan bioenergi Indonesia, Jepang dan dunia terus meningkat. Jepang sendiri akan melakukan penggantian 100 Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) berbahan bakar batu bara dengan Pembangkit Listrik Tenaga Biomassa (PLTBm).

Mochtar Sany menyatakan, Satmakura di Lampung siap memenuhi kebutuhan pasar bioenergi Jepang. Saat ini bersama PT. Suryamas Kayukaret Jaya dan salah satu perusahaannya yang ada di Lampung Selatan siap memasok 10.000 ton/bulan untuk memenuhi kebutuhan Jepang yang mencapai 40.000 ton/bulan wood pellet.

“Untuk memenuhi kebutuhan pasar bioenergi Jepang tersebut kita tidak kekurangan lokasi produksi dan tidak kesulitan pelabuhan pengiriman,” kata founder Gerakan Satmakura kepada crew GentaSatmakura.com

Potensi pengembangan bioenergi di Indonesia sangat besar, Lampung saja memiliki potensi lahan dan bahan baku melimpah, lanjut pengusaha sukses ini. Mochtar Sany menyiapkan lahan seluas 80 ha di Desa Sumur Induk Kecamatan Ketapang Kabupaten Lampung Selatan sebagai area pelabuhan kirim. Letaknya strategis kurang lebih 3 km dari exit Tol Sumatera dan Pelabuhan Bakauheni, bersebelahan dengan PT Wika Beton.

Satu lagi area seluas 20 ha disiapkan dekat Pelabuhan Panjang yang akan digunakan khusus untuk ekspor, sementara pelabuhan curah yang akan dibangun dekat Pelabuhan Bakauheni akan difungsikan menjadi stockpile tempat ekspor, produksi dan penampungan wood pellet dengan memberdayakan lokasi produksi yang tersebar di pulau-pulau sekitar.


“Kita perlu dukungan pelabuhan kirim besar untuk sandar kapal pelayaran dengan kapasitas 10.000 ton sekali jalan,” ungkap Pak MS sapaan akrabnya.

Selain berencana membangun dua lokasi pelabuhan curah di tempat berbeda, pemilik saham terbesar BPR Lampung Bina Sejahtera ini juga akan membangun lokasi produksi. Melalui perusahaannya akan dibangun 14 pabrik baru di 14 kabupaten yang ada di Provinsi Lampung.

“Embrionya kita sudah ada PT. Suryamas Kayukaret Jaya di Lampung Selatan dengan kapasitas produksi wood pellet 3000 ton/bulan. Kita akan bangun 14 pabrik lagi dengan kapasitas serupa di setiap kabupaten yang ada di Lampung. Ini upaya dagang kita untuk memenuhi kebutuhan bioenergi Jepang”, tutur laki-laki yang suka air kelapa muda ini bersemangat.
Dampak positifnya adalah akan muncul Industri skala kecil di desa, ini solusi menciptakan lapangan kerja baru, pengentasan kemiskinan dan peningkatan Pendapatan Asli Daerah (PAD); juga meningkatkan nilai tambah produk kehutanan dan pertanian dari bahan baku menjadi barang setengah jadi/atau barang jadi (plywood, wood pellet); hal ini sesuai anjuran Pemerintah karena di era disruption cenderung terjadi pengembangan bisnis dalam skala kecil (agile) di sentra bahan baku dan dekat dengan konsumen.

Program Satmakura ini akan menumbuhkan industri kayu skala kecil di desa yang dikelola pengusaha dan BUMDes. Memproduksi plywood dan wood pellet dengan kapasitas produksi 1000 veenir per hari serta membuka area produksi baru yang masing-masing pabrik memiliki luasan antara 50 sampai 100 ha dengan memanfaatkan lahan-lahan marjinal yang ada.

Plywood adalah sejenis papan pabrikan berupa kayu lapis (venir/veneer kayu) yang direkatkan bersama-sama, sering juga disebut tripleks. limbahnya industri ini dapat dimanfaatkan sebagai bahan baku wood pellet. Langkah-langkah ini dapat mendorong pertumbuhan ekonomi cepat dan menjadi solusi bagi para pencari kerja dengan terbukanya lapangan kerja baru. Meningkatkan devisa negara dan Pendapat Asli Daerah (PAD) termasuk program ini dapat juga mensinergikan potensi pembiayaan dan pemanfaatan Dana Desa (DD). Ini berarti sudah mewujudkan keinginan Pemerintah dalam proses pemulihan ekonomi akibat pandemi covid-19.

Selain akan dibangun kebun plasma untuk penanaman di area baru, di Lampung dan Bengkulu saat ini sedang berlangsung replanting, ini artinya banyak tersedia bahan baku limbah dari program replanting perkebunan kelapa sawit dan kayu karet. Bisnis model kolaborasi merupakan tata cara mengelola bisnis baru yang saling menguntungkan (migrasi owning ke collaboration economic system); dan ini searah dengan program pelestarian hutan melalui pengembangan kawasan hutan tanaman industri.

Sebenarnya, dibandingkan dengan kayu komersil lainnya kayu kelapa sawit memiliki karakteristik rendah. Dalam management produksi, perkebunan sawit harus menjalani peremajaan atau daur ekonomis pada umur tanaman perkebunan mencapai 23-30 tahun. Kegiatan peremajaan ini akan menghasilkan limbah batang kayu sekitar 220 meter kubik per Ha. Menurut penelitian kehadiran limbah kayu pohon sawit dianggap sangat mengganggu karena dapat menjadi sarang utama bagi pertumbuhan hama (Oryctus) dan penyakit (Gandoderma) yang kemudian dapat menyerang tanaman muda.

Upaya menghindari resiko tersebut secara tradisional dilakukan pemusnahan dengan cara pembakaran (eradikasi), namun sejak diberlakukan larangan pembakaran batang sawit pada tahun 1997, pihak pengelola perkebunan mengalami kesulitan dalam menanggulangi limbah batang pohon sawit tua ini. Oleh karenanya, kehadiran program Satmakura ini bisa memberikan solusi yang baik buat mereka. Solusi prospektifnya, limbah kayu pohon sawit tua ini dapat dipergunakan untuk; bahan baku industri perkayuan, charcoal (arang hitam) dan sebagai bahan baku wood pellets yang mau kita kerjakan.

Karena karakteristiknya yang jelek, untuk mendapatkan wood pellet berkualitas, bahan baku kayu pohon sawit harus dicampur dengan bahan baku berasal dari tanaman komersil lainnya. Semakin tua umur batang kayu sawit semakin baik untuk industri kayu, pertukangan atau kerajinan perkayuan.

“Semua kegiatan ini di lapangan akan kerjasama dengan Pemerintah Daerah, masyarakat dan BUMDes. Ini sekaligus untuk mendorong kegiatan bisnis BUMDes-BUMDes yang ada di tiap desa, kampung, tiyuh atau pekon (adm; sebutan untuk desa atau kampung) yang ada di Provinsi Lampung”, ungkap Mochtar Sany.

Program ini merupakan program dunia untuk kampanye pengurangan emisi karbon, menurut Bendahara Umum Fraksi Utusan Daerah (F-UD) MPR RI 2000-2005 ini kebutuhan wood pellet dunia akan terus mengalami peningkatan.

“Tak hanya kebutuhan dunia yang akan terus meningkat, kebutuhan domestik akan bahan bakar alternatif terbarukan yang ramah lingkungan (bioenergy) ini juga dipastikan akan naik signifikan. Ini artinya market untuk wood pellet akan semakin terbuka dan tidak terbatas”, serunya diiringi tatapan matanya yang berbinar ceria.

Mochtar Sany menjelaskan, bahwa Negara yang berpotensi untuk mengisi kebutuhan ini hanya Indonesia dan Brazil, tak ada saingan lain. Hal ini dikarenakan keberadaan hutan tropis dan kondisi iklim yang sangat mendukung serta adanya pengaruh garis lintang khatulistiwa yang ada di dua negara, kondisi ini telah menempatan posisi Indonesia strategis dan sangat diperhitungkan dunia.

Untuk penyediaan bibit, pihaknya akan melakukan perbanyakan tanaman dengan sistem kultur jaringan. Sasaran program ini adalah keluarga tani di desa. Tujuan Satmakura adalah memberi lapangan kerja baru dan perolehan pendapatan yang mampu menopang kebutuhan hidup sehari-hari. Sehingga terjadi pengurangan angka kemiskinan dengan asumsi penghasilan per kepala keluarga menjacapai 5 hingga 7,5 juta. Ini akan membuat keluarga tani Indonesia semakin sejahtera. Gerakan Satmakura harus menjadi lokomotif perubahan, sebagai agen pembangunan yang mampu melakukan terobosan menciptakan lapangan kerja baru, memupus ketimpangan sosial dengan menghadirkan kesetaraan ekonomi yang berkeadilan serta mewujudkan kemakmuran yang dicita-citakan.

Dalam rangka program pengurangan emisi karbon, dunia diperkirakan membutuhkan pasokan bioenergi jutaan ton per bulan. Untuk memperbesar angka produksi Mochtar Sany berencana melakukan ekspansi perluasan area. Hal ini memungkinkan pengembangan diarahkan ke Kalimantan di Kawasan Industri Makajang Desa Pesayan Kecamatan Sambaliung area PT. Kertas Nusantara, perusahaan pengolahan kertas dan bubur kertas seluas 223.500 ha milik milik Prabowo Subianto yang berada dekat ibukota Kabupaten Berau, Tanjung Redep, Kalimantan Timur. Melalui perusahaannya  PT. Multi Alphabet Dinamika, Mochtar Sany juga memiliki aset disana, diantaranya ada sekitar 40 unit alat berat miliknya tersimpan.

Dunia termasuk Indonesia sedang berjuang untuk pengurangan emisi atau buangan gas karbon, yakni gas-gas yang dikeluarkan dari hasil pembakaran senyawa yang mengandung karbon, contoh CO2. Gas buang ini bisa berasal dari pembakaran bensin, solar, kayu, daun, gas LPG (elpiji) dan bahan bakar lain yang banyak mengandung hidro karbon (senyawa yang mengandung hidrogen dan karbon), contoh lain; CFC (Chlor Fluoro Karbon) dari Gas Pendingin (gas Freon) pada AC, kulkas, cat piloks, obat nyamuk semprot, hair spray semprot, dll.

Bisa juga emisi karbon berupa aton Carbon (C) yang terlepas ke udara saat terjadi peristiwa pembakaran seperti jelaga, butiran-butiran karbon yang berwarna hitam saat kita menyulut ban bekas, membakar aspal, membakar lilin, dll. Tetapi yang ini bentuknya padat, bukan gas.

Pemanasan global (global warming) disebut juga Darurat Iklim atau Krisis Iklim yaitu suatu proses meningkatnya suhu rata-rata atmosfer, laut dan daratan bumi. Meningkatnya suhu global menjadi ancaman serius umat manusia, karena berdampak pada kerusakan besar, menyebabkan perubahan-perubahan yang berdampak pada kehidupan di bumi seperti naiknya permukaan air laut, meningkatnya intensitas fenomena cuaca yang ekstrem, dll. Akibat-akibat pemanasan global yang lain adalah terpengaruhnya hasil pertanian, hilangnya gletser dan punahnya berbagai jenis hewan.

Pemanasan global atau global warming sudah menjadi issu global, karena tidak hanya dialami atau menimpa bangsa Indonesia saja, melainkan hampir seluruh warga bumi. Masalah pemanasan global mulai diangkat ke permukaan pada Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) Bumi (Earth Summit) di Rio de Janerio, Brazil tahun 1992. Dalam penyelenggaraan KTT Bumi di Kyoto, Jepang tahun 1997 global warming dipatenkan dunia menjadi musuh utama umat yang mendiami bumi.

Ada beberapa langkah yang direkomendasikan untuk mencegah, mengatasi dan menanggulangi pemanasan global, diantaranya  ;

  1. Mengurangi penggunaan Bahan Bakar Fosil
  2. Menggunakan Energi Alternatif
  3. Tidak menebang pohon di hutan sembarangan
  4. Melakukan penanaman pohon kembali (reboisasi)
  5. Melakukan penghematan listrik
  6. Tidak menggunakan alat yang menghasilkan gas CFC
  7. Memperbaiki kualitas kendaraan dengan uji emisi
  8. Menerapkan sistem budidaya peternakan dan pertanian yang baik
  9. Melakukan reduce, reuse, dan recycle (3R)

Reduce yaitu melakukan penghematan dan pengurangan sampah, langkah untuk mengurangi penggunaan produk yang nantinya akan menjadi sampah, terutama produk yang membutuhkan waktu sangat lama untuk bisa terurai secara alami di alam, misal produk berbahan plstik. Cara lain adalah menggunakan produk berlabel ramah lingkungan serta meminimalisir pemakaian produk yang dikemas styrofoam/plastik dan berhenti menggunakan semprotan aerosol untuk mengurangi CFC yang dapat merusak lapisan ozone.

Reuse yaitu pemakaian kembali barang-barang yang dapat digunakan kembali, contohnya menggunakan sisi kertas yang masih kosong untuk menulis, pemanfaatan kemasan botol untuk pot bunga.

Recycle itumendaur ulang, pemanfaatan limbah untuk produk baru yang bisa dipakai. Ini untuk mencegah penmpukan sampah dan pencemaran lingkungan

H. Mochtar Sany Firdaus Badrie menyebut langkah pemenuhan kebutuhan bioenergi Jepang dan dunia ini merupakan aksi Go Green, aksi manusia untuk merawat bumi supaya kembali baik dan nyaman ditinggali. Ini adalah wujud kesadaran dan kepedulian Gerakan Satmakura terhadap alam. Secara spesifik di Indonesia kita tetap fokus dan tidak kehilangan orientasi sebagai Negara Agraris untuk membangun pertanian yang berkelanjutan dan dapat diperbaharui. Dari kacamata makro, program ini bukan hanya proyek kecil Satmakura semata tetapi telah menjadi program nasional, Misi Kebaikan Satmakura Membangun Republik, karena dinilai mampu menjadi penyelamat negara dari keterpurukan ekonomi berkepanjangan ditengah ancaman pandemi covid-19. Program ini jika dikembangkan dapat mendorong pertumbuhan ekonomi yang cepat sebagai langkah pemulihan ekonomi, dapat menghemat devisa negara dan efisensi anggaran, mengoptimalkan penggunaan Dana Desa (DD) *** (ES.007).  

kerjasama satmakura dan ijb-net program pemenuhan kebutuhan pasar bioenergi jepang


Rilis : Mobile Satmakura Update

@JubirSatmakura.eliasunarto

Kamis, 19 November 2020

GEDONG AIR, BANDARLAMPUNG (GentaSatmakura.com) — Komitmen pengusaha kenamaan H. Mochtar Sany Firdaus Badrie melalui Gerakan Satmakura yang ia lakukan bersama para relasi bisnisnya merupakan tindakan nyata keinginan Beliau membantu masyarakat, sekaligus sebagai partisipasi mendukung program Gubernur Arinal Djunaidi membangun Lampung, agar fokus dan tidak kehilangan orientasi sebagai Negara Agraris untuk membangun pertanian yang berkelanjutan dan dapat diperbaharui.  

Dari Jakarta, Ketua Umum Indonesia Jepang Business-Network (IJB-Net), Dr. Ir. Suyoto, M. Eng menyampaikan, program usulan yang diusung IJB-Net resmi menjadi program Kemenko Perekonomian RI.  Hal tersebut terungkap dari hasil kick off meeting rencana kerja pemenuhan kebutuhan pasar bioenergi Jepang pada Selasa (10/11/2020). Kick off meeting diikuti oleh Menteri Koordinator Bidang Perekonomian, Dr. Ir. Airlangga Hartarto, M.B.A.,M.M.T. Duta Besar Jepang untuk Indonesia, H.E. Masafumi Ishii, Dr. Ir. Musdhalifah Machmud, MT Deputi Bidang Koordinasi Pangan dan Agribisnis. Sekretaris Jendral IJB-Net, Dr. Ir. Salim Mustofa, M. Eng bertindak sebagai moderator. Pihak Satmakura diwakili oleh Ali Rahman dan Steven Theis.

Kebutuhan biofuel (bahan bakar nabati) untuk pesawat, mobil dan lainnya dewasa ini terus meningkat. Presiden Jokowi sangat konsen dan mendukung pengembangan energi terbarukan. Pengembangan Energi Baru Terbarukan (EBT), baik yang berasal dari kelapa sawit maupun komoditas lainnya, akan dapat mengurangi impor Bahan Bakar Minyak (BBM).

“Kita fokus pada wood pellet, saat ini produk kita mencapai 10.000 ton/bulan, bahan bakunya melimpah berasal dari sampah atau limbah industri. Keberadaan energi terbarukan juga akan meningkatkan daya saing petani”, kata Mochtar Sany.

Direktur Utama PT. Satmakura Insan Sejahtera itu usai mendapatkan informasi hasil kick off meeting dari mitra bisnisnya segera mendelegasikan kepada Ali Rahman, Steven Theis dan Rudi Antoni tim Satmakura yang ia bentuk untuk itu segera intens membangun langkah-langkah menyongsong berita bagus dimaksud. ***(ES.007)

LIBATKAN PAKAR IT, MOCHTAR SANY TATA SISTEM IT BPR LBS DAN PENGEMBANGAN UKM SATMAKURA


Rilis : Mobile Satmakura Centre @JubirSatmakura.eliasunarto

Selasa, 17 November 2020        pukul   12.17  WIB

Dari kediamannya di Gedong Air, Bandarlampung, Mochtar Sany lakukan rapat online terkait pemanfaatan IT untuk menunjang kinerja BPR Lampung Bina Sejahtera dan Pengembangan UKM Satmakura (16/11/2020)

GEDONG AIR, BANDARLAMPUNG (GentaSatmakura.com) — Pandemi Covid-19 telah mengubah dunia secara radikal dan memaksa semua manusia beradaptasi dengan kebiasaan baru. Orang-orang harus harus belajar atau bekerja dari rumah menggunakan platform video konferensi. Hal tersebut juga dilakukan oleh Ketua Umum Yayasan Satmakura Insan Sejahtera, H. Mochtar Sany Firdaus Badrie. Ia dikediamannya bilangan Gedong Air, Bandarlampung. Penggagas dan lokomotif gerakan Satmakura yang masih energik itu melakukan online meeting (rapat daring) dengan mitra bisnisnya yang berada di Surabaya dan Jakarta,Senin 16/11/2020.

Gebrakan Mochtar Sany untuk menata kembali lingkarannya sebagai langkah akselerasi mewujudkan program-program Satmakura diapresiasi banyak kalangan. “Revolusi Satmakura”, ungkap seseorang yang menyebut gebrakan ini cukup efektif untuk menangkis anggapan bahwa program Satmakura itu hanya wacana.

Pengusaha besar yang sudah lama dikenal sangat peduli dengan kehidupan masyarakat kecil itu sudah tidak lagi mengedepankan profit oriented dalam bisnisnya tetapi lebih pada social oriented bagaimana berbagi dengan sesama. Langkah ibadah, dengan istilah lain ia kerap sebut Berniaga dengan Tuhan atau PMA, Penanaman Modal Akherat, untuk itu ia akan ubah pelayanan banknya menjadi pola syariah.

“Progress Satmakura minggu ini memasuki tahapan membanggakan. Kesepakatan-kesepakatan dengan banyak pihak sudah mulai bergerak diimplementasikan di lapangan”, tutur Pak MS, demikian Beliau biasa disapa.

Dalam giatnya di Satmakura ia gaet banyak kalangan, mitra kerja dari berbagai unsur dan lini, seperti perguruan tinggi, perusahaan skala nasional dan internasional, perbankan, akademisi, para pelaku usaha seperti pengusaha properti, eksportir, pelaku UMKM, instansi pemerintah, lembaga swasta, koperasi, bahkan petani dan nelayan serta pedagang asongan serta penjual jasa bidang pariwisata.

Sebagai owner, Mochtar Sany berharapan Bank LBS bisa tampil lebih kuat lagi, dapat memposisikan diri mengambil peran besar memback up semua gagasan dan menjangkau pelayanan lebih luas lagi untuk memperkuat gerakan Satmakura.

“Saya kurang paham IT tetapi saya memahami pentingnya kehadiran IT handal dalam setiap usaha, terutama menyangkut bisnis era sekarang”, kata Mochtar Sany usai mengikuti online meeting melalui Google Meet bertajuk “Sistem IT BPR Lampung Bina Sejahtera dan Pengembangan UKM Satmakura”, Senin 16 November 2020 yang berlangsung pukul 16.00 hingga 18.00 WIB.  

Rapat dipandu Fajar Harsa selaku host dari Diamond Land pengembang properti  yang sudah go publik (Jakarta) rekan bisnis Mochtar Sany dengan narasumber ahli IT, David Herman Santoso (Surabaya). Selain Mochtar Sany dan Tim Satmakura juga diikuti Ir. Heri Suhendro, MTA dari Bank Mandiri Syariah (Jakarta), Komisaris dan tim IT BPR Lampung Bina Sejahtera.

“Bank LBS harus bisa memberi dukungan kuat pada sektor usaha binaan Satmakura,” Mochtar Sany mengulang penegasannya dalam penyampaian visi misi BPR LBS yang ia sampaikan dalam online meeting tsb.

Lebih jauh ia mengungkapkan keprihatinannya yang ia sebut perbankan kurang serius dalam keberpihakannya pada pengusaha kecil, dan UMKM. Mantan Ketua KUKMI dan KADIN Lampung itu bertekat melakukan pembelaan pada UMKM maka pada tahun 2000 ia akuisisi BPR LBS padahal saat itu ia sudah diperingatkan oleh rekan sejawatnya yang ekonom dan pakar perbankan.

Tekatnya bulat, bukan berorientasi pada keuntungan tetapi berharap bank bisa menjadi instrumen pendukung perkembangan UMKM. Pembelaan dimaksud diantaranya bagaimana bank tidak lagi menyoal agunan tetapi lebih pada jaminan usaha. Bank harus membuka akses permodalan bagi UMKM, dukungan, kemudahan dan pendampingan pada pelaku usaha UMKM binaan Satmakura.

“Saya lebih cenderung pada sektor produktif dibanding sektor komsumtif, meskipun pada hitungan bisnisnya tidak lebih menguntungkan,” pungkas pengusaha yang pernah menandatangani Kesepakatan Jimbaran dihadapan Presiden Soeharto, yaitu kemitraan antara konglomerasi dengan UMKM.

Dengan IT handal, lanjut Mochtar Sany, akan dapat menaikkan trust nasabah, meningkatkan pelayanan dari sistem offline ke digital, cukup menggunakan android melalui aplikasi mobile banking, nasabah bisa mengecek saldo, bisa transaksi, transfer antar bank nol rupiah, dll. *** (ES.007)

GANDENG POLINELA SATMAKURA KEMBANGKAN WISATA EDUKASI


Rilis : Mobile Satmakura Centre

@JubirSatmakura.eliasunarto

Senin, 16 November 2020     pukul  06.28  WIB

PESAWARAN, LAMPUNG (GentaSatmakura.com) — Melalui konsep kerakyatan gerakan Satmakura, sang pencetus dan lokomotif gerakan ini H. Mochtar Sany Firdaus Badrie tak hanya bergerak di sektor perekonomian dan pemberdayaan masyarakat saja untuk membangun negeri. Sebagai bentuk partisipasi warga dalam pembangunan, tokoh penandatangan Perjanjian Jimbaran, kemitraan UMKM dengan konglomerasi yang terkenal di era kepemimpinan Presiden Soeharto itu juga sangat konsen memperhatikan dinamika generasi millenial saat ini.

“Di Puncak Menara Pandang Mutun ini dua tahun lalu saya pernah diajak diskusi Pak MS (panggilan akrab Mochtar Sany) tentang keprihatinannya terhadap perkembangan generasi muda,” kata seorang pegiat anak yang enggan dipublish namanya, Minggu (15/11/2020).

Orang dekat Mochtar Sany tersebut menerangkan, tim yang dibentuk untuk kegiatan edu-wisata sudah membangun komunikasi dengan pihak BNN Provinsi Lampung, Polda Lampung dan Lanud Pangeran M. Boen Yamin. Kegiatan edu-wisata tak hanya menjual view Lampung yang elok tetapi juga bermuatan pendidikan karakter, akhlak, bela negara (nasionalisme) dan pengenalan bahaya narkoba di kalangan generasi muda.

“Kawasan destinasi Mutun sedang berbenah, edu-wisata ini juga akan mengaitkan dengan dunia pertanian. Keinginan Pak MS semua kegiatan harus terintegrasi dengan lainnya. Salah satu perguruan tinggi yang terlibat dalam project ini adalah Politeknis Negeri Lampung (Polinela)”, pungkasnya.

Sore ini di Puncak Menara Pandang Mutun terlihat H. Mochtar Sany Firdaus Badrie yang didampingi beberapa stafnya menerima tamu Tim Pariwisata Polinela yang dipimpin oleh Anwar Rahman, S.Pd., M.Pd tampak terlihat Ali Murtopo, S.Pd., M.A., Yusep Windhu Ari Wibowo, S.Pd., M.Pd., Eksa Ridwansyah, S.E., M.Buss., Akt dan Dian Puspita Sari, S.Pd., M.Pd. **(ES.007)

MOCHTAR SANY AJAK RELASI KUNJUNGI TANJUNG PUTUS


Rilis : Mobile Satmakura Centre

@JubirSatmakura.eliasunarto

Sabtu, 14 November 2020

PESAWARAN, LAMPUNG (GentaSatmakura.com) — Pengusaha kenamaan asli Lampung yang juga inisiator Gerakan Satmakura, H. Mochtar Sany Firdaus Badrie ajak relasinya kunjungi Tanjung Putus, Minggu (8/11/2020). Rombongan sebanyak 24 orang tersebut berangkat menggunakan dua sea reader bertolak dari Dermaga Pantai Mutun menuju Tanjung Putus. Sea reader merupakan kapal yang ringan namun berkinerja tinggi dan berkapasitas tinggi produk dalam negeri karya anak bangsa dengan panjang 12 meter serta daya angkut beban seberat 3.000 kg sea reader mampu melaju dengan kecepatan 35-40 knot per jam.

Rute jalur laut yang ditempuh adalah dari Dermaga Pantai Mutun sea reader menuju KJA Aquatec milik Balai Besar Perikanan Budidaya Laut (BBPBL) Lampung yang berada di kawasan Teluk Lampung, Desa Hanura Kecamatan Padang Cermin, Pesawaran. Di Keramba Jaring Apung modern milik BBPBL ini rombongan meninjau tempat pengembangan Kerapu Bebek, Kerapu Macan, Kerapu Kertang, KAkap Putih, Kakap Merah, Bawal Bintang, Ikan Kobia, ikan Badut/Nemo, Blue Devil, Teripang, Kuda Laut, termasuk Udang Vaname dan Rumput Laut.

Selanjutnya sea reader membawa rombongan menuju Keramba Jaring Apung (KJA) Brigif 4 Marinir/BS di Pantai Lembing, Piabung, Padang Cermin, Pesawaran, lokasi pembesaran ikan Kerapu Bebek dan Ikan Bawal Bintang milik Korps Marinir TNI Angkatan Laut. Dari Piabung sea reader melaju ke Tanjung Putus dan kembali ke Dermaga Pantai Mutun, tetapi sebelum memasuki kawasan MS Town Beach kedua sea reader melintas di Pulau Tangkil menuju Pulau Permata untuk melihat Pulau Gosong-Gosong di sekitar Pelabuhan Panjang. Tanjung Putus adalah pulau kecil yang masuk wilayah Sukarame, Punduh Pidada, Pesawaran, Teluk Lampung. Memiliki pesona tak kalah menawan dari Pahawang masih satu deretan dengan Pulau Kelagian dan Pulau Pahawang.

“Ini kegiatan hari kedua, masih satu rangkaian dengan acara Pelantikan Gerakan Santri Satmakura-Ushuluddin kemarin di Kalianda”, kata orang dekat Mochtar Sany yang juga turut kunjungan ke Tanjung Putus.

Mochtar Sany yang mengenakan kaos warna hitam bergambar ular kobra keemasan tampak duduk bersebelahan dengan sang istri tak jauh dari sang putra sulung. Komandan Brigif 4 Marinir/LS, Kolonel (Mar) Nawawi, SE., MM  duduk didamping Pasintel, Letnan Kolonel (Mar) Suci Pramono. Diantara rombongan terdapat pimpinan Pesantren Ushuluddin-Kalianda, Dr. KH. Ahmad Rafiq Udin, S.Ag.,M.Si beserta istri, Direktur Politeknik Negeri Lampung (Polinela), Dr. Ir. Sarono, M.Si didampingi Ir. Zainal Mutaqin, M.Si. ada Dr. Suryadi Saputra dari Balai Besar Perikanan Budidaya Laut Lampung. Dr. Ir. Sungkono, MP dosen Sekolah Tinggi Ilmu Pertanian (STIPER) Surya Dharma-Bandar Lampung, Suseno HKTI, Ir. Heri Suhendro, MTA dari Bank Mandiri Syariah Jakarta dan Wasiya, SE dari tim Diamond Land Jakarta. Ada petinggi Bank Lampung Bina Sejahtera dan pelaku-pelaku usaha diantaranya beberapa penangkar dan nelayan keluarga besar Satmakura.; Nurwahid dari Purwokerto dan Wardiman dari Pangandaran.

“Disini rencana keramba estate itu akan kita bangun”, terang Mochtar Sany kepada tim Diamond Land dan rombongan sambil menunjuk kawasan perairan sekitar Pulau Lok.

Kedua sea reader berhenti tak jauh dari bibir Pantai Pulau Lok, laut biru tenang menghmpar tanpa ombak mengitari Pulau Tanjung Putus dan Pulau Lelangga. Lokasi dimaksud jika ditempuh via darat utuh waktu 1 jam 58 menit dari Pantai Mutun lewat Jl. Raya Way Ratai – Jl. Pematang Awi ke Jl. Dirt Road menuju Pulau Lelangga, Punduh Pidada, Pesawaran.

Perairan laut Tanjung Putus sangat recommeded buat snorkling dan diving. Biota laut di kawasan ini yang mudah ditemukan diantaranya; penyu, giant clam, nemo dan lainnya. Maret-Agustus merupakan best season bagi yang mau berkunjung ke Pulau Tanjung Putus karena pada bulan-bulan tersebut air laut sangat jernih dan tenang sehingga hanya dari atas kapal saja sudah bisa melihat dasar lautan.

Sebelum bertolak meninggalkan Dermaga Pantai Mutun rombongan tamu Satmakura ini sempat menyaksikan pasukan Marinir melepas/menanam rumpon di beberapa titik kawasan Pantai Mutun. *** (ES.007)