Arsip Tag: bioenergi

STRATEGI SATMAKURA PENUHI KEBUTUHAN PASAR BIOENERGI JEPANG


STRATEGI SATMAKURA PENUHI KEBUTUHAN PASAR BIOENERGI JEPANG

(Kolaborasi PT. Satmakura Mitra Usaha dan PT. Suryamas Kayukaret Jaya bekerjasama dengan IJB-Net)

Gagasan dan bertindak sebagai lokomotif : H. Mochtar Sany Firdaus Badrie PT. Satmakura Mitra Usaha dan Yayasan Gerakan Satmakura Insan Sejahtera

Rilis         :  Media Centre Satmakura (JubirSatmakura@eliasunarto)

Sumber   : Tim Wood Pellets Satmakura

Jum’at,  27  November 2020   pukul 19.53  WIB

GEDONG AIR, BANDAR LAMPUNG (GentaSatmakura.com) — Batu bara merupakan salah satu sumber energi yang tidak terbarukan. Meskipun Indonesia memiliki cadangan batu bara yang melimpah, pemanfaatan batu bara haruslah diterapkan dengan bijak. Selain itu, jika tidak diimbangi dengan pelestarian lingkungan, energi yang dihasilkan dari batu bara dapat menyebabkan polusi.Tidak stabilnya harga batu bara juga membuat orang-orang berinovasi untuk menemukan energi terbarukan sebagai energi alternatif pengganti, dan wood pellet menjadi pilihan terbaik saat ini.

Wood pellet atau pelet kayu adalah jenis bahan bakar alternatif terbarukan yang lebih ramah lingkungan (bioenergy). Pelet kayu memiliki bentuk yang mirip dengan briket kayu tetapi ukuran dan bahan perekatnya berbeda. Kayu keras seperti kayu Kaliandra Merah (Calliandra calothyrsus) menjadi salah satu bahan dasar terbaik dalam pembuatan pelet kayu. Selain itu, limbah kayu yang diolah menjadi serbuk juga dapat dimanfaatkan sebagai pelet kayu. Limbah dari pelet kayu juga lebih aman dibanding batu bara, bahkan dapat dimanfaatkan sebagai pupuk tanaman. Pelet kayu tak hanya digunakan untuk kebutuhan industri, di Korea, Jepang, China, Jerman dan juga Amerika Serikat wood pellet sudah digunakan sebagai bahan bakar penghangat ruangan

Merespon hasil keputusan kick off meeting “Rencana Kerja Pemenuhan Kebutuhan Pasar Bioenergi Jepang” yang diselenggarakan Kemenko Perekonomian RI pada Selasa (10/11/2020) lalu, sebagaimana disampaikan oleh Ketua Umum Indonesia Jepang Business-Network (IJB-Net), Dr. Ir. Suyoto Rais, M. Eng bahwa usulan program yang dibawa IJB-Net dapat diterima dan resmi menjadi program Kemenko Perekonomian RI.

Dalam kick off meeting tersebut Tim Satmakura menghadirkan Ali Rahman Angkawidjaja dan Steven Theis. Direktur Utama PT. Satmakura Mitra Usaha, H. Mochtar Sany Firdaus Badrie yang sebelumnya sudah beberapa kali bertemu dan akhirnya menjadi mitra kerja IJB-Net bergerak cepat memanggil tim, memberi instruksi dan arahan untuk segera menata diri dan bergerak menyambut kabar baik tersebut.

Menko Perekonomian Airlangga Hartarto dalam pertemuan tersebut mengatakan bahwa kebutuhan bioenergi Indonesia, Jepang dan dunia terus meningkat. Jepang sendiri akan melakukan penggantian 100 Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) berbahan bakar batu bara dengan Pembangkit Listrik Tenaga Biomassa (PLTBm).

Mochtar Sany menyatakan, Satmakura di Lampung siap memenuhi kebutuhan pasar bioenergi Jepang. Saat ini bersama PT. Suryamas Kayukaret Jaya dan salah satu perusahaannya yang ada di Lampung Selatan siap memasok 10.000 ton/bulan untuk memenuhi kebutuhan Jepang yang mencapai 40.000 ton/bulan wood pellet.

“Untuk memenuhi kebutuhan pasar bioenergi Jepang tersebut kita tidak kekurangan lokasi produksi dan tidak kesulitan pelabuhan pengiriman,” kata founder Gerakan Satmakura kepada crew GentaSatmakura.com

Potensi pengembangan bioenergi di Indonesia sangat besar, Lampung saja memiliki potensi lahan dan bahan baku melimpah, lanjut pengusaha sukses ini. Mochtar Sany menyiapkan lahan seluas 80 ha di Desa Sumur Induk Kecamatan Ketapang Kabupaten Lampung Selatan sebagai area pelabuhan kirim. Letaknya strategis kurang lebih 3 km dari exit Tol Sumatera dan Pelabuhan Bakauheni, bersebelahan dengan PT Wika Beton.

Satu lagi area seluas 20 ha disiapkan dekat Pelabuhan Panjang yang akan digunakan khusus untuk ekspor, sementara pelabuhan curah yang akan dibangun dekat Pelabuhan Bakauheni akan difungsikan menjadi stockpile tempat ekspor, produksi dan penampungan wood pellet dengan memberdayakan lokasi produksi yang tersebar di pulau-pulau sekitar.


“Kita perlu dukungan pelabuhan kirim besar untuk sandar kapal pelayaran dengan kapasitas 10.000 ton sekali jalan,” ungkap Pak MS sapaan akrabnya.

Selain berencana membangun dua lokasi pelabuhan curah di tempat berbeda, pemilik saham terbesar BPR Lampung Bina Sejahtera ini juga akan membangun lokasi produksi. Melalui perusahaannya akan dibangun 14 pabrik baru di 14 kabupaten yang ada di Provinsi Lampung.

“Embrionya kita sudah ada PT. Suryamas Kayukaret Jaya di Lampung Selatan dengan kapasitas produksi wood pellet 3000 ton/bulan. Kita akan bangun 14 pabrik lagi dengan kapasitas serupa di setiap kabupaten yang ada di Lampung. Ini upaya dagang kita untuk memenuhi kebutuhan bioenergi Jepang”, tutur laki-laki yang suka air kelapa muda ini bersemangat.
Dampak positifnya adalah akan muncul Industri skala kecil di desa, ini solusi menciptakan lapangan kerja baru, pengentasan kemiskinan dan peningkatan Pendapatan Asli Daerah (PAD); juga meningkatkan nilai tambah produk kehutanan dan pertanian dari bahan baku menjadi barang setengah jadi/atau barang jadi (plywood, wood pellet); hal ini sesuai anjuran Pemerintah karena di era disruption cenderung terjadi pengembangan bisnis dalam skala kecil (agile) di sentra bahan baku dan dekat dengan konsumen.

Program Satmakura ini akan menumbuhkan industri kayu skala kecil di desa yang dikelola pengusaha dan BUMDes. Memproduksi plywood dan wood pellet dengan kapasitas produksi 1000 veenir per hari serta membuka area produksi baru yang masing-masing pabrik memiliki luasan antara 50 sampai 100 ha dengan memanfaatkan lahan-lahan marjinal yang ada.

Plywood adalah sejenis papan pabrikan berupa kayu lapis (venir/veneer kayu) yang direkatkan bersama-sama, sering juga disebut tripleks. limbahnya industri ini dapat dimanfaatkan sebagai bahan baku wood pellet. Langkah-langkah ini dapat mendorong pertumbuhan ekonomi cepat dan menjadi solusi bagi para pencari kerja dengan terbukanya lapangan kerja baru. Meningkatkan devisa negara dan Pendapat Asli Daerah (PAD) termasuk program ini dapat juga mensinergikan potensi pembiayaan dan pemanfaatan Dana Desa (DD). Ini berarti sudah mewujudkan keinginan Pemerintah dalam proses pemulihan ekonomi akibat pandemi covid-19.

Selain akan dibangun kebun plasma untuk penanaman di area baru, di Lampung dan Bengkulu saat ini sedang berlangsung replanting, ini artinya banyak tersedia bahan baku limbah dari program replanting perkebunan kelapa sawit dan kayu karet. Bisnis model kolaborasi merupakan tata cara mengelola bisnis baru yang saling menguntungkan (migrasi owning ke collaboration economic system); dan ini searah dengan program pelestarian hutan melalui pengembangan kawasan hutan tanaman industri.

Sebenarnya, dibandingkan dengan kayu komersil lainnya kayu kelapa sawit memiliki karakteristik rendah. Dalam management produksi, perkebunan sawit harus menjalani peremajaan atau daur ekonomis pada umur tanaman perkebunan mencapai 23-30 tahun. Kegiatan peremajaan ini akan menghasilkan limbah batang kayu sekitar 220 meter kubik per Ha. Menurut penelitian kehadiran limbah kayu pohon sawit dianggap sangat mengganggu karena dapat menjadi sarang utama bagi pertumbuhan hama (Oryctus) dan penyakit (Gandoderma) yang kemudian dapat menyerang tanaman muda.

Upaya menghindari resiko tersebut secara tradisional dilakukan pemusnahan dengan cara pembakaran (eradikasi), namun sejak diberlakukan larangan pembakaran batang sawit pada tahun 1997, pihak pengelola perkebunan mengalami kesulitan dalam menanggulangi limbah batang pohon sawit tua ini. Oleh karenanya, kehadiran program Satmakura ini bisa memberikan solusi yang baik buat mereka. Solusi prospektifnya, limbah kayu pohon sawit tua ini dapat dipergunakan untuk; bahan baku industri perkayuan, charcoal (arang hitam) dan sebagai bahan baku wood pellets yang mau kita kerjakan.

Karena karakteristiknya yang jelek, untuk mendapatkan wood pellet berkualitas, bahan baku kayu pohon sawit harus dicampur dengan bahan baku berasal dari tanaman komersil lainnya. Semakin tua umur batang kayu sawit semakin baik untuk industri kayu, pertukangan atau kerajinan perkayuan.

“Semua kegiatan ini di lapangan akan kerjasama dengan Pemerintah Daerah, masyarakat dan BUMDes. Ini sekaligus untuk mendorong kegiatan bisnis BUMDes-BUMDes yang ada di tiap desa, kampung, tiyuh atau pekon (adm; sebutan untuk desa atau kampung) yang ada di Provinsi Lampung”, ungkap Mochtar Sany.

Program ini merupakan program dunia untuk kampanye pengurangan emisi karbon, menurut Bendahara Umum Fraksi Utusan Daerah (F-UD) MPR RI 2000-2005 ini kebutuhan wood pellet dunia akan terus mengalami peningkatan.

“Tak hanya kebutuhan dunia yang akan terus meningkat, kebutuhan domestik akan bahan bakar alternatif terbarukan yang ramah lingkungan (bioenergy) ini juga dipastikan akan naik signifikan. Ini artinya market untuk wood pellet akan semakin terbuka dan tidak terbatas”, serunya diiringi tatapan matanya yang berbinar ceria.

Mochtar Sany menjelaskan, bahwa Negara yang berpotensi untuk mengisi kebutuhan ini hanya Indonesia dan Brazil, tak ada saingan lain. Hal ini dikarenakan keberadaan hutan tropis dan kondisi iklim yang sangat mendukung serta adanya pengaruh garis lintang khatulistiwa yang ada di dua negara, kondisi ini telah menempatan posisi Indonesia strategis dan sangat diperhitungkan dunia.

Untuk penyediaan bibit, pihaknya akan melakukan perbanyakan tanaman dengan sistem kultur jaringan. Sasaran program ini adalah keluarga tani di desa. Tujuan Satmakura adalah memberi lapangan kerja baru dan perolehan pendapatan yang mampu menopang kebutuhan hidup sehari-hari. Sehingga terjadi pengurangan angka kemiskinan dengan asumsi penghasilan per kepala keluarga menjacapai 5 hingga 7,5 juta. Ini akan membuat keluarga tani Indonesia semakin sejahtera. Gerakan Satmakura harus menjadi lokomotif perubahan, sebagai agen pembangunan yang mampu melakukan terobosan menciptakan lapangan kerja baru, memupus ketimpangan sosial dengan menghadirkan kesetaraan ekonomi yang berkeadilan serta mewujudkan kemakmuran yang dicita-citakan.

Dalam rangka program pengurangan emisi karbon, dunia diperkirakan membutuhkan pasokan bioenergi jutaan ton per bulan. Untuk memperbesar angka produksi Mochtar Sany berencana melakukan ekspansi perluasan area. Hal ini memungkinkan pengembangan diarahkan ke Kalimantan di Kawasan Industri Makajang Desa Pesayan Kecamatan Sambaliung area PT. Kertas Nusantara, perusahaan pengolahan kertas dan bubur kertas seluas 223.500 ha milik milik Prabowo Subianto yang berada dekat ibukota Kabupaten Berau, Tanjung Redep, Kalimantan Timur. Melalui perusahaannya  PT. Multi Alphabet Dinamika, Mochtar Sany juga memiliki aset disana, diantaranya ada sekitar 40 unit alat berat miliknya tersimpan.

Dunia termasuk Indonesia sedang berjuang untuk pengurangan emisi atau buangan gas karbon, yakni gas-gas yang dikeluarkan dari hasil pembakaran senyawa yang mengandung karbon, contoh CO2. Gas buang ini bisa berasal dari pembakaran bensin, solar, kayu, daun, gas LPG (elpiji) dan bahan bakar lain yang banyak mengandung hidro karbon (senyawa yang mengandung hidrogen dan karbon), contoh lain; CFC (Chlor Fluoro Karbon) dari Gas Pendingin (gas Freon) pada AC, kulkas, cat piloks, obat nyamuk semprot, hair spray semprot, dll.

Bisa juga emisi karbon berupa aton Carbon (C) yang terlepas ke udara saat terjadi peristiwa pembakaran seperti jelaga, butiran-butiran karbon yang berwarna hitam saat kita menyulut ban bekas, membakar aspal, membakar lilin, dll. Tetapi yang ini bentuknya padat, bukan gas.

Pemanasan global (global warming) disebut juga Darurat Iklim atau Krisis Iklim yaitu suatu proses meningkatnya suhu rata-rata atmosfer, laut dan daratan bumi. Meningkatnya suhu global menjadi ancaman serius umat manusia, karena berdampak pada kerusakan besar, menyebabkan perubahan-perubahan yang berdampak pada kehidupan di bumi seperti naiknya permukaan air laut, meningkatnya intensitas fenomena cuaca yang ekstrem, dll. Akibat-akibat pemanasan global yang lain adalah terpengaruhnya hasil pertanian, hilangnya gletser dan punahnya berbagai jenis hewan.

Pemanasan global atau global warming sudah menjadi issu global, karena tidak hanya dialami atau menimpa bangsa Indonesia saja, melainkan hampir seluruh warga bumi. Masalah pemanasan global mulai diangkat ke permukaan pada Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) Bumi (Earth Summit) di Rio de Janerio, Brazil tahun 1992. Dalam penyelenggaraan KTT Bumi di Kyoto, Jepang tahun 1997 global warming dipatenkan dunia menjadi musuh utama umat yang mendiami bumi.

Ada beberapa langkah yang direkomendasikan untuk mencegah, mengatasi dan menanggulangi pemanasan global, diantaranya  ;

  1. Mengurangi penggunaan Bahan Bakar Fosil
  2. Menggunakan Energi Alternatif
  3. Tidak menebang pohon di hutan sembarangan
  4. Melakukan penanaman pohon kembali (reboisasi)
  5. Melakukan penghematan listrik
  6. Tidak menggunakan alat yang menghasilkan gas CFC
  7. Memperbaiki kualitas kendaraan dengan uji emisi
  8. Menerapkan sistem budidaya peternakan dan pertanian yang baik
  9. Melakukan reduce, reuse, dan recycle (3R)

Reduce yaitu melakukan penghematan dan pengurangan sampah, langkah untuk mengurangi penggunaan produk yang nantinya akan menjadi sampah, terutama produk yang membutuhkan waktu sangat lama untuk bisa terurai secara alami di alam, misal produk berbahan plstik. Cara lain adalah menggunakan produk berlabel ramah lingkungan serta meminimalisir pemakaian produk yang dikemas styrofoam/plastik dan berhenti menggunakan semprotan aerosol untuk mengurangi CFC yang dapat merusak lapisan ozone.

Reuse yaitu pemakaian kembali barang-barang yang dapat digunakan kembali, contohnya menggunakan sisi kertas yang masih kosong untuk menulis, pemanfaatan kemasan botol untuk pot bunga.

Recycle itumendaur ulang, pemanfaatan limbah untuk produk baru yang bisa dipakai. Ini untuk mencegah penmpukan sampah dan pencemaran lingkungan

H. Mochtar Sany Firdaus Badrie menyebut langkah pemenuhan kebutuhan bioenergi Jepang dan dunia ini merupakan aksi Go Green, aksi manusia untuk merawat bumi supaya kembali baik dan nyaman ditinggali. Ini adalah wujud kesadaran dan kepedulian Gerakan Satmakura terhadap alam. Secara spesifik di Indonesia kita tetap fokus dan tidak kehilangan orientasi sebagai Negara Agraris untuk membangun pertanian yang berkelanjutan dan dapat diperbaharui. Dari kacamata makro, program ini bukan hanya proyek kecil Satmakura semata tetapi telah menjadi program nasional, Misi Kebaikan Satmakura Membangun Republik, karena dinilai mampu menjadi penyelamat negara dari keterpurukan ekonomi berkepanjangan ditengah ancaman pandemi covid-19. Program ini jika dikembangkan dapat mendorong pertumbuhan ekonomi yang cepat sebagai langkah pemulihan ekonomi, dapat menghemat devisa negara dan efisensi anggaran, mengoptimalkan penggunaan Dana Desa (DD) *** (ES.007).